Rabu, 25 Juni 2008

Kisah Pilu Keluarga Wayan Landuh, Diselimuti Papasangan, Datangi 68 Balian

Kebrebehan yang dialami keluarga Wayan Landuh tiada hentinya, sampai akhirnya anaknya yang ketiga menderita sakit aneh sejak 4 tahun yang lalu. Bahkan demi kesembuhan anaknya, ia rela mendatangi 2 orang dokter dan 3 orang balian dalam sehari.

Penderitaan yang dialami keluarga Wayan Landuh sameton yang berasal dari Banjar Kepitu, Kendran Tegallalang, tak kunjung usai. Ia hadapi semua permasalahan dengan sabar, walaupun kadang-kadang ia juga emosi. Bahkan pernah pada suatu hari ia datang kepemuwunan setra di desanya, ia memohon agar nyawa anaknya di cabut, akhirnya ia sadar dan tidak tega nyawa anaknya dicabut begitu saja.
Pada awalnya ia sangat bangga dengan anak ketiganya karena anaknya begitu pintar, bahkan pada usia tiga tahun anaknya sudah bisa menulis. Namun kebanggaan itu tidak berlangsung lama, pada usia yang sama anaknya menderita penyakit aneh. Pada suatu hari, empat tahun yang lalu, anaknya ketiganya yang bernama Komang Sudibia menderita panas dan kejang-kejang, tanpa pikir panjang anaknya dibawa ke rumah sakit, saat itu dokter mengatakan epilepsy.
Enam bulan kemudian penyakit itu kambuh lagi, jelang setahun penyakit itu kembali kambuh, bahkan dalam sehari bisa kejang sampai 25 kali. “Tiang heran penyakit apa yang dideritanya, padahal rutin minum obat epilepsy selama 2 tahun tanpa putus, tetapi penyakitnya tidak kunjung sembuh, justru semakin parah,” jelasnya, seraya mengatakan dokter yang memeriksanya juga heran, karena kalau rutin minum obat selama dua tahun penyakit epilepsy pasti sembuh.
Bahkan, dulu anaknya pernah sampai kolok dan lumpuh, berminggu-minggu opname di rumah sakit, penyakitnya juga tidak sembuh, akhirnya ia memutuskan membawanya ke balian, anehnya saat diberikan tirta anaknya dengan seketika bisa ngomong dan juga berjalan. “Semenjak saat itu, tiang yakin dengan niskala, berobat ke dokter tetap tiang lakukan,” ungkapnya.
Anehnya, dulu sewaktu ia dan keluarganya masih ngontrak di Gianyar, setiap pulang kampung, walaupun tidak menginap di rumah kelahirannya, penyakit anehnya yang diderita anaknya pasti kambuh. “Tiang sampai heran, apa yang menyebabkan, sehingga setiap diajak pulang penyakit aneh yang diderita anaknya selalu kambuh,” jelasnya, seraya mengatakan kalau dirinya sempat putus asa, sehingga pada saat rarahinan Kajeng Kliwon mengajak anaknya ke pemuwunan, disana ia memohon agar nyawa anaknya dicabut, namun setelah sadar ia memohon agar diberikan ketabahan.
Bahkan salah seorang iparnya menasehati agar ia sabar merawat anak ketiganya, karena jengkel, ia menyuruh iparnya untuk mencoba kesabaran merawat anaknya, hanya seminggu ia sudah tidak sabar. “Hanya seminggu ipar tiang sudah tidak kuat, sedangkan tiang bertahun-tahun, tapi pelan-pelan bisa menghadapi semua itu dengan sabar,” akunya.
Dirinya yakin penyakit aneh yang diderita anaknya karena ulah manusa sakti, bahkan ia tahu orang-orang yang menggangu keluarganya, namun ia tidak benci, justru sebaliknya. Ia tidak mau membalas kejahatan orang-orang tersebut, dirnya hanya pokus pada penyembuhan anaknya. “Dulu tiang sempat ingin belajar pengiwa, namun setelah tiang tanyakan apakah akan berteman dengan yang nyakitin atau bermusuhan, dikatakan berteman, dan tiang tidak jadi belajar pengiwa,” terangnya.
Dulu, saat kehilangan kesabaran dirinya kerap kali mengundang leak, agar dirinya yang disakiti, bukan anaknya. Namun, setelah mendapat nasehat dari beberapa orang sulinggih, ia tidak lagi melakukan itu. Dirinya berusaha dengan sabar dan tulus agar anaknya bisa sembuh.

Papasangan Garuda Mas
Berharap agar anaknya sembuh total, Wayan Landuh selalu menuruti saran rekanya. Bahkan ia telah mendatangi 68 balian dan puluhan dokter dari dokter umum sampai spesialis. Bahkan, beberapa dokter spesial bingung akan penyakit yang diderita Komang Sudibia yang sekarang telah berusia 7 tahun. “Beberapa dokter spesialis akirnya menyerah tidak mampu menangani penyakit yang diderita anak tiang,” ujarnya, anaknya sudah berkali-kali opname, namun tidak sembuh dan akhirnya pulang paksa.
Walaupun demikian, lelaki berbadan kekar ini tidak pernah putus asa, ia mendatangi balian dari ujung timur hingga barat, apa yang dikatakan balian selalu ia turuti, namun hasilnya nol. Bahkan, ada balian yang menyuruhnya nuntun Betara Hyang dan juga mecaru, tetapi juga tidak ada hasilnya. Justru penyakit anaknya semakin menjadi.
“Tiang bawa ke balian itu, penyakit anak tiang kambuh, kejang sampai pagi hari, balian itu seenaknya mengaku sedang bertempur dengan yang menyakiti. Tiang tidak marah dengan balian itu, justru apa yang telah tiang lakukan merupakan yadnya,” tegasnya. Anehnya setiap diberikan sasikepan oleh balian, selang beberapa hari selalu hilang dan tidak ditemukan lagi.
Akhirnya, dirinya bertemu dengan Ida Bagus Sulinggih, Pinisepuh Perguruan Tenaga Dalam Brahma Wisesa. Dan dirinya berkonsultasi, dikatakan kalau dirumahnya ada papasangan. Saat itulah ia tahu kalau dirumahnya berisi banyak papasangan. Dan setelah dilakukan ritual penarikan, akhirnya didapatkan beberapa papasangan, bahkan hampir semuanya kelas super. Papasangan yang terdapat terdiri dari tulang manusia, beberapa rarajahan dan juga peripihan mas, dan yang juga rarajahan Garuda Mas. “Mungkin papasangan itu yang menyebabkan keluarga tiang selalu mengalami kebrebehan, termasuk anak tiang,” jelasnya.
Sejatinya ia dari dulu yakin kalau penyakit yang diderita ankanya bukan penyakit medis, walaupun demikian dirinya selalu melakukan pengobatan secara medis maupun non medis. “Setiap dibawa ke balian pasti ada perubahan walaupun sebentar, dibandingkan di bawa kedokter tidak ada perubahan sama sekali, karena itulah tiang cendrung mendatangi balian,” akunya.
Dirinya berharap setelah papasangan itu diangkat, digeseng dan dilarung ke segara, penyakit yang diderita anaknya sembuh. “Tanpa tiang sadari, selama ini hidup tiang diselimuti papasangan, tiang hanya berharap yang melakukan itu sadar, dan tiang tidak dendam dengan orangnya, justru tiang akan bersikap baik,” tegasnya.
Demi kesembuhan anaknya, dirinya akan melakukan segala upaya. “Tiang ingin anak itu tumbuh dan berkembang seperti anak seusianya, tidak seperti sekarang selalu bergelut dengan penyakit aneh, yang selalu kambuh menjelang rarahinan,” harapnya.

Tidak ada komentar: